MUNTILAN - Kemampuan melawan diri sendiri membawa hasil yang tidak sedikit bagi 160 lebih santriwan dan santriwati Pondok Pesantren Pabelan Mungkid Magelang. Buktinya, mereka berhasil meraih sertifikat dan medali emas, perak dan perunggu dari "The International Award for Young People (IAYP)".
Penyerahan sertifikat dan penyematan medali dilakukan Bupati Magelang Ir H Singgih Sanyoto dan Rieta K Sarojo (Koordinator Nasional IAYP) di pesantren setempat, Jumat (29/2). Acara dimeriahkan
penampilan grup marching band, karate, gitar akustik, tarian daerah, hafidz Alquran, Solo Drum, Pencak Silat, dan biola dari para santri.
KH Ahmad Najib Hamam, pengasuh Pondok Pesantren Pabelan, kepada KR mengatakan, santri yang mendapat medali emas ada 11 orang (semua putra). Sedang yang mendapat medali perak ada 116 santri (34 putra dan 82 putri). Untuk medali perunggu, ada 37 santri (12 putra dan 25 putri).
Dijelaskan, IAYP adalah sebuah ajang yang diperuntukkan bagi anak muda usia tertentu. Program ini bermula di Inggris tahun 1956 dengan nama "The Duke of Eidenburgh's Award Program". Di Indonesia, program ini sudah berlangsung sejak tahun 1991. Kegiatan ini ada di sekitar 170 negara. Untuk di Indonesia, baru dilaksanakan di beberapa daerah, di antaranya Pondok Pabelan. Dahulu dikenal nama ANC (Adikarsa Nugraha Cestita). Awal mula diperkenalkan di Pondok Pabelan sekitar tahun 2002, dan mulai berkembang tahun 2006 hingga sekarang.
Penghargaan, kata KH Ahmad Najib, diberikan kepada mereka yang setia kepada pilihannya pada 3 bidang, yaitu olahraga, keterampilan dan pengabdian kepada masyarakat. Misalnya memilih olahraga basket selama 6 bulan berturut-turut dengan terpimpin oleh seorang instruktur akan mendapatkan medali perunggu. Bila selama 1 tahun, diperoleh medali perak.
Dan selama 1,5 tahun diperoleh medali emas. Hanya saja untuk program emas ini harus ikut kegiatan yang disebut pemukiman di suatu keluarga, ikut menyelami apa yang mereka rasakan. Diantara mereka ada yang dikirim ke sebuah panti asuhan di daerah Kulonprogo, ke wilayah Tempuran Magelang maupun lainnya. Mereka juga ikut mencari rumput dan memberi makan hewan. Ini merupakan program ekstra pilihan, sesuai dengan minat dan bakatnya.
Di hadapan para santriwan dan santriwati, Rieta K Sarojo menambahkan, sertifikat yang diberikan diakui oleh 170 negara, dan ditandatangani sendiri oleh Pangeran Philips, pendiri yayasan ini. "Kalian cukup mengalahkan diri sendiri dalam 'perang akbar', perang melawan diri sendiri," katanya sambil menambahkan jangan pernah kecil hati lantaran tinggal di Pabelan atau tidak dapat menjadi orang nomer 1 di kelas.
Penyerahan sertifikat dan penyematan medali dilakukan Bupati Magelang Ir H Singgih Sanyoto dan Rieta K Sarojo (Koordinator Nasional IAYP) di pesantren setempat, Jumat (29/2). Acara dimeriahkan
penampilan grup marching band, karate, gitar akustik, tarian daerah, hafidz Alquran, Solo Drum, Pencak Silat, dan biola dari para santri.
KH Ahmad Najib Hamam, pengasuh Pondok Pesantren Pabelan, kepada KR mengatakan, santri yang mendapat medali emas ada 11 orang (semua putra). Sedang yang mendapat medali perak ada 116 santri (34 putra dan 82 putri). Untuk medali perunggu, ada 37 santri (12 putra dan 25 putri).
Dijelaskan, IAYP adalah sebuah ajang yang diperuntukkan bagi anak muda usia tertentu. Program ini bermula di Inggris tahun 1956 dengan nama "The Duke of Eidenburgh's Award Program". Di Indonesia, program ini sudah berlangsung sejak tahun 1991. Kegiatan ini ada di sekitar 170 negara. Untuk di Indonesia, baru dilaksanakan di beberapa daerah, di antaranya Pondok Pabelan. Dahulu dikenal nama ANC (Adikarsa Nugraha Cestita). Awal mula diperkenalkan di Pondok Pabelan sekitar tahun 2002, dan mulai berkembang tahun 2006 hingga sekarang.
Penghargaan, kata KH Ahmad Najib, diberikan kepada mereka yang setia kepada pilihannya pada 3 bidang, yaitu olahraga, keterampilan dan pengabdian kepada masyarakat. Misalnya memilih olahraga basket selama 6 bulan berturut-turut dengan terpimpin oleh seorang instruktur akan mendapatkan medali perunggu. Bila selama 1 tahun, diperoleh medali perak.
Dan selama 1,5 tahun diperoleh medali emas. Hanya saja untuk program emas ini harus ikut kegiatan yang disebut pemukiman di suatu keluarga, ikut menyelami apa yang mereka rasakan. Diantara mereka ada yang dikirim ke sebuah panti asuhan di daerah Kulonprogo, ke wilayah Tempuran Magelang maupun lainnya. Mereka juga ikut mencari rumput dan memberi makan hewan. Ini merupakan program ekstra pilihan, sesuai dengan minat dan bakatnya.
Di hadapan para santriwan dan santriwati, Rieta K Sarojo menambahkan, sertifikat yang diberikan diakui oleh 170 negara, dan ditandatangani sendiri oleh Pangeran Philips, pendiri yayasan ini. "Kalian cukup mengalahkan diri sendiri dalam 'perang akbar', perang melawan diri sendiri," katanya sambil menambahkan jangan pernah kecil hati lantaran tinggal di Pabelan atau tidak dapat menjadi orang nomer 1 di kelas.