Friday, February 21, 2014

Makna sebungkus Rokok


Sorry, aku majang foto rokok bukan karena mau promosi atau mau jualan, tapi ini ada cerita yang unik dari rokok ini, dan mungkin cerita seperti ini hanya terjadi di kampung halamnku dan sekitarnya saja, mungkin di tempat lain seperti di tempat tinggal pembaca tradisi ini tidak ada. 
Rokok sebagai Undangan Pernikahan :D
Jadi begini, rokok ini bukan sembarang rokok, meskipun kedua merk rokok ini bisa didapatkan di toko atau warung terdekat di rumah pembaca. Rokok ini adalah sebagai bentuk undangan pernikahan dari salah satu teman di kampung halaman saya yang pada tanggal 3 Maret 2014 besok mau melangsungkan pernikahannya dengan sang pujaan hati. 

Lalu kenapa undangan pernikahannya dalam bentuk rokok, kenapa gak undangan seperti biasanya yang sering pembaca terima saat ada orang mau hajatan (nikahan) ? 

Jadi, di kampung halamanku ada sebuah tradisi yang bernama kanoman. Kanoman sendiri adalah kata lain dari kondangan, tapi yang diundang adalah pemuda atau anak kecil untuk datang dan ikut memberikan doa restu kepada yang punya hajat, dalam hal ini adalah mempelai pria/wanitanya. Sedangkan kata kondangan biasanya identik dengan apa yang dilakukan orang tua yang diundang ke acara pernikahan/sunatan yang mana yang mengundang adalah orang tua dari mempelai pria/wanita. Nah, disitu bedanya antara kanoman dan kondangan menurut paham saya sebagai salah satu pemuda yang lahir di kampung halaman tercinta ini.  

Kenapa rokok ? sebenaranya tidak harus rokok, kadang ada yang menberikan undangan juga, dan kalau yang diundang anak kecil biasanya adalah undangannya berupa pensil atau bolpoin. Pensil atau bolpoin dulu waktu aku masih kecil sering aku dapatkan saat ada teman yang mau sunatan atau ada pemuda/pemudi yang akan menikah. Nah, sekarang karena aku sudah semakin dewasa dan sekarang menjadi bagain dari pemuda-pemudi di kampung halaman saya, maka sekarang yang saya dapatkan adalah undangan dalam bentuk rokok, karena kebetulan saya sendiri merokok meskipun bukan perokok (berat). 

Nah terus kalau yang gak merokok gimana ? Nah, ini unik lagi, bagi mereka yang tidak merokok kadang diberi ganti undangan dalam bentuk lain, semisal sampo, atau undagan seperti biasanya. Undangan dalam bentuk rokok biasanya diberikan kepada teman yang masih satu desa, atau teman-teman yang sudah dikenal lama oleh sang mempelai. Sedangkan undangan dalam bentuk kerta undangan biasa biasanya dikirimkan kepada teman atau sodara yang tempat tinggalnya jauh dari desa si mempelai. 

Terus kenapa harus sebungkus rokok ? Sebenernya gak mesti sebungkus, sebungkus atau sebatang rokok memiliki arti sendiri-sendiri. Untuk yang menerima sebungkus artinya mereka yang diminta untuk menyumbang (nyokong) sang mempelai dengan sumbangan yang memiliki nominal besar. Sedangkan yang dapat sebatang saja, artinya mereka yang berkenan untuk menyumbang (kondangan) dengan nominal yang biasa saja. Arti kata nyokong sendiri sebenernya memiliki arti membantu, maksudnya membantu adalah membantu sang mempelai dengan nominal yang lebih besar dari pada mereka yang mendapatkan rokok sebatang. 

Tentang nyokong sendiri sebenernya bukan sebuah hal yang negatif, karena mungkin menganggap ini sebagai sebuah hal yang perhitungan, mau kondangan saja harus dihitung nominalnya, bukan seperti itu. Dalam tradisi di kampung halaman saya, ketika ada orang yang akan melakukan hajatan, sudah sewajarnya tetangga, sodara, atau teman itu membantu orang yang akan hajatan. Nah, membantunya dini dengan/lewat cara nyokong tadi. Jadi kenapa nominalnya dibedakan, kerana ketika sang mempelai disokong oleh temannya misal dengan nominal 200rb, maka nanti sang mempelai akan menulis nama penyokong yang membantu dia itu dengan nominal tersebut. Bisa dikatakan ketika ada orang hajatan, kita sebagai orang yang sedang tidak behajat (berkeinginan) bisa membantu, nah nanti ketika kita akan memiliki hajatan, orang tersebut juga akan membantu kita seperti kita membantu dia sebelumnya. Memang si seperti perhitungan, tapi inilah salah satu tradisi yang ada di kampung halamanku, dan kami di kampung sudah menganggap ini bukan sebagai hal yang negatif karena mau menolong kok perhitungan, tapi kepada bagaimana kita bisa menolong orang yang membutuhkan. Maksudnya membutuhkan adalah ketika orang sedang akan melaksanakan hajatan, makan pengeluaran yang diperlukan akan sangat banyak sekali, oleh karena itu kita bisa membantu sang empunya hajat dengan cara ini. Kalau misal ada yang mau tidak menuliskanya juga tidak masalah, itu sah-sah saja, tapi jangan lupa, cara seperti ini juga bisa menjadi cara untuk tetap menyambung tali silaturahmi antar masyarakat di desa (kampung). 

So, itulah salah satu hal unik yang mungkin hanya terjadi di kampung halamanku Dukuh Corotan, Desa Kutosari, Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan.

0 Comments:

Post a Comment