Jangan takut salah ketika belajar, itulah kalimat yang sudah umum sekali diucapkan siapa saja yang mengajarkan sesuatu kepada orang lain, hal itupulah yang sering aku katakan kepada murid-muridku di kelas ketika aku menjadi guru mereka di sekolah. Hal ini juga yang aku implementasikan dalam ke dalam pengalamanku dalam dunia pasar modal.
Aku juga pernah berbuah salah, dan sampai sekarangpun kesalahan itu masih sering aku lakukan karena mungkin itu jadi salah satu yang bener-bener harus coba minimalisir ketika membeli sebuah saham. Pada saat awal beli saham aku dulu beli saham SRIL dengan harga Rp. 384/saham, dan setelah aku beli ternyata harga saham itu semakin menukik tajam hingga akhirnya aku tahan untuk tidak menjual saham itu beberapa bulan lamanya, dengan sabar aku berharap semoga sahamnya naik dan aku coba untuk menambah lagi protofolio di emiten itu sekalian coba untuk average down (menurunkan harga beli dengan cara membeli di harga yang lebih rendah). Alhasil meskipun average downku gak terlalu mengalamin perubahan tapi karena kesabaranku dan kepercayaanku bahwa saham satu ini akan naik lagi pada suatu hari nanti, pada akhirnya saham itu pun naik, dan saat harganya nembuh ke Rp. 386 aku dengan nekat langsung jual saham itu di harga segitu.
Memang sih, dari hasil sell itu aku Cuma dapat untung sedikit, tapi gak apa-apa karena aku tidak mengalami kerugian karena toh modal awalku pulang dan aku dapat untung karena aku sabar menanti saham itu naik lagi.
Dari sini aku belajar lagi bagaimana cara mengetahui kalau saham itu dibeli di harga yang murah dan aku jual di harga yang sesuai targetku. Setelah pengalaman itu aku mencari untung kalau saham yang sudah aku pegang mencapai untung 10%, tapi tidak melulu 10%, karena belum sampai target tau-tau harga sahamnya justru turun lagi, alhasil kadang akupun menjual di keuntungan 5% atau 6% sebagai caraku take profit dari saham yang aku pegang.
Satu saham yang sampai sekarang aku pegang karena dulu salah beli adalah saham INDF, aku dulu beli di harga 7rb sekian, lalu setelah itu semakin turun dan turun hingga saat ini harga sahamnya masih di kisaran 6300an. Kadi bisa dikatakan aku sekarang masih merugi di saham INDF, tapi sekali lagi, aku gak akan menjual saham itu sebelum mencapai target price yang aku inginkan. Meskipun banyak orang mengatakan kalau gak ada salahnya untuk cut loss (meminimalisir kerugian dengan cara menjual di harga bawah), tapi buatku prinsipnya adalah mosok saham INDF mau nyungsep terus? Aku yakin banget kalau INDF bakal kembali ke 7an dan saat itulah aku akan menjual saham yang sudah hampir setengah tahun aku pegang ini. Selain sabar menanti dan ku tunggu nanjakmu (INDF) aku juga kembali melakukan average down agar protofolioku tidak stagnan di harga awal beli.
Nah, dari pengalaman ini aku jadi tau, bahwa saham itu gak melulu akan naik terus dan berada di atas terus. Atau sebaliknya saham gak bakal nyungsep terus kecuali perusahaan itu bangkrut, dan alhamdulillahnya aku selalu memilih perusahaan-perusahaan yang kira-kira tetap banyak orang yang membutuhkan jasa atau produk mereka semacam INDF, BBRI, ataupun ANTM.
Memang butuh waktu untuk belajar soal dunia pasar modal, aku merasa banget kalo kurang belajar dan kadang males untuk membaca atau melihat tutorial tentang pasara modal, entah itu tentang berita yang lagi hits, tentang teknikal ataupun analisis dan metode-metode yang lainya.
Next targetku, tahun ini harus untung 50% dari protofolio yang aku punyai, karena targetku tahun depan harus punya rumah sendiri dan koneksi internet sendiri untuk memperdalam ilmu dan pengalaman di pasar modal ini, so wish me luck.
0 Comments:
Post a Comment