Thursday, November 18, 2010

Profile sekolah tertinggal [SDN 3 Lebakbarang] -lanjutan-


Kita lanjutkan obrolan kita soal sekolah tertinggal yang ada di daerah Pekalongan tapi bertempat di Pekalongan yang terpegunungan, akses ke sana bisa ditempuh menggunakan sepeda motor ataupun kendaraan roda empat (mobil). Tulisan ini saya tulis dengan maksud untuk memberitahukan kita semua bahwa seandainya anda (bapak-ibu) yang memiliki anak2 seusia SD (sekolah dasar) harusnya bersyukur masih bisa mensekolahkan anak2 anda karena fasilitas yang anak2 anda nikmati begitu lengkap, berbeda jauh sekali dengan apa yang dialami oleh anak2 pada sekolah ini. 

Nama sekolahannya adalah SDN 3 Lebakbarang, gak tau kenapa kok nomer tiga bukan nomer satu, ya yang pasti karena nomer satu dan dua sudah dipake oleh SD yang lain yang terletak di Lebakbarang juga. Oh yeah, Lebakbarang itu terletak di Kabupaten Pekalongan dengan kecamatan Lebakbarang pula, so ini adalah kota kecamatan, tapi dengan sekolahan yang minimalis-lis-lis-lisss. Waktu saya dengan temen2 KKN Posdaya Unnes 2010 ingin mengadakan bimbingan belajar di sekolah itu, setidaknya buat tambah2 program kerja KKN yang disepakati oleh semua anggota (lah memang ada yang disepati tapi tetep dijalankan kah program kerjanya ? tentu saja ada, itu aku anggap sebagai program kerja individuku).
Okeh, kita kembali ke topik pembicaraan kita, SDN 3 Lebakbarang hanya mempunyai 31 (tiga puluh satu) murid DOANG !, aku lupa gak nyatet masing2 kelasnya tapi yang pasti yang masih teringat sampe sekarang adalah siswa kelas 6 (enam) yang hanya 2 (dua) orang murid cewek doang, gak lebih dan juga gak kurang. Jadi kalo kita masuk ke ruang kelas enam ini kita akan menyaksikan dua orang murid yang sedang diprivate oleh guru mereka. Antara guru dan dua orang murid itu duduk berhadapan dengan pembatas meja untuk menulis namun antara meja guru dan meja murid saling berhimpitan sehingga guru bisa dengan leluasa mendidik dua murid tersebut dengan seksama. Sedangkan untuk kelas 5 sampai dengan 1 masing2 kelas muridnya tidak lebih dari 15 orang, padalah menurutku dari pelajaran kuliah tentang sejarah pendidikan  bahwa kelas yang ideal itu terdiri dari perbandingan satu guru dengan dua puluh orang siswa. Kalo gak salah inget siswa kelas 1 ada sebelas orang dan ini merupakan kelas paling banyak siswanya diantara kelas yang laen. 

Sekarang mari kita lihat bangunan fisik dari sekolahan itu, di sekolahan ini ada hanya 4 ruangan, 3 ruangan yang dijadikan ruangan kelas dan 1 ruangan untuk ruang guru dan kepala sekolah. Untuk ruang kelas para siswa disekat dan dibagi menjadi dua ruangan yang mana antara kelas 1 dan kelas 2 hanya dibatasi oleh triplek kayu dan begitu juga dengan kelas yang lain. Masuk ruang guru saya tidak menemukan peralatan kantor yang mewah seperti komputer atau mesin pencetak (printer). Ruang kepala sekolah yang hanya disekat oleh triplek guna memisahkan antara ruang guru dan ruang kepala sekolah. Waktu kami datang ke sekolahan ini kepala sekolah bercerita bahwa kelangkapan papan informasi sekolahan seperti papan struktur organisasi sekolahan, papan kohort, dan papan yang laen hanya terpasang seadanya saja, itu dikarenakan kurangnya tempat atau ruangan untuk semua papan itu, kalo bisa semau dipasang akan banyak sekali, kata pak kepala sekolah akan lebih dari 30an papan termasuk papan visi misi sekolahan. 

Waktu jalan2 dan sekedar observasi kebutuhan sekolahan ini aku tidak melihat dimana letak kamar kecil (WC) untuk sekolahan ini. Bisa dibayangkan sebentar…………………… (bayangkan sebentar keadaan sekolah yang tanpa kamar kecil)………. Kira2 dimana nantinya anak2 akan pipis kalo mereka kebelet ? terus waktu ngobrol2 dengan kepala sekolah dapat diambil kesimpulan bahwa masih alhamdulillah masih ada yang mau sekolah meskipun hanya 31 murid, terus murid2 masih kiranya sangat memerlukan motivasi untuk belajar khususnya dari orang tua mereka, motivasi untuk belajar di luar sekolahan seperti belajar malam hari atau kapanpun waktu belajar mereka di rumah, karena pada hakekatnya orang tua khususnya ibu adalah pendidika yang paling utama di rumah ‘kata pak Kunaryo, dosen filsafat dan pengantar ilmu pendidikan dan juga dari buku2 perkuliahan tentang pendidikan yang aku baca’.  Masih ada yang mau sekolah aja masih untung, dan jangan pernah bertanya tentang prestasi karena siswa-siswi disini sangat kurang motivasi untuk berkopetisi dengan temen atau bahkan sekolah lain. Sangat besar sekali harapan dari bapak kepala sekolah yang mempunyai logat kelaten yang kental itu agar nantinya setelah mas dan mbak KKN mampir dan belajar bareng murid2 di sekolahan ini siswa-siswinya menjadi termotivasi untuk tetep sekolah hingga menyelesaikan pendidikan tinggi mereka, sehingga di desa Lebakbarang sendiri akan banyak calon penerus generasi bangsa yang berpendidikan dan mempunyai masa depan untuk mengabdikan untuk pendidikan dan tanah air mereka.

Kata pak kepala sekolah, sekolahan hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah yaitu dana BOS (bantuan operasional sekolah) yang kata pemerintah harus dibelikan buku ini, buku itu sehingga dana yang tersisa untuk operasional laennya hanya beberapa rupiah. Sedangkan dana BOS sendiri setiap tahunya murid mendapatkan tiga ratus ribu sekian…sekian…. Dan pihak sekolah tidak pernah meminta biaya apapun dari orang tua murid, bahkan kata kepala sekolah justru pihak sekolahan yang sering mengeluarkan secukupnya dana untuk menomboki kekurangan sekolah (sunggu pengorbanan yang luar biasa). 

Tadinya pak kepala sekolah sendiri bekerja di SDN 2 Lebakbarang yang merupakan SD percontohan  yang ada di kecamatan itu, kata pak kepala sekolah kalo di SD percontohan itu semua hampir serba sisa-sisa, gak ada kata kekurangan, bahkan ketika akan ada tambahan jam pelajaran siswa-siswi tidak perlu pulang ke rumah untuk makan, mereka cukup tetep di sekolahan karena sudah disediakan mie instan di lemari tempat makan, jadi mereka yang laper bisa memasak mie itu untuk makan siang. Jangan pernah menyamakan SDN 3 dengan SDN 2 Lebakbarang karena itu akan menjadi sangan jauh sekali perbedaan yang akan terlihat.
Sebenernya masih banyak sekolahan yang memprihatikan untuk kita ketahui, dulu waktu ayahku masih kerja di sebuah sekolahan yang kecamatan Doro, kalo gak salah SDN 3 Doro ato SDN berapa saya lupa disini juga memprihatinkan, karena sekolahannya tidak jauh berbeda dengan SDN 3 Lebakbarang bahkan mungkin bisa dibilang lebih parah karena hanya terdapat satu bangunan sekolahan yang terbagi2 termasuk menjadi ruang guru, waktu aku pertama kesana keadaan sekolahan itu masih sangat parah, genteng bocor, gak ada kamar mandi (WC), anak3nya juga gak banyak, satu kelas dibagi menjadi dua juga. Tapi waktu terakhir kesana tapi ayahku sudah tidak kerja disana sekolahan itu sudah direnovasi dan beruban mejadi bagus meskipun bangunannya masih hanya satu bangunan sekolahan tanpa tambahan apa2.

Setidaknya ato mungkin sudah seharusnya sewajibnya pemerintah yang katanya perduli dengan pendidikan anak bangsa itu care dengan keadaan pendidikan di daerah2 tertinggal, jangan hanya makin membesarkan kota2, daerah2 yang sudah besar, coba dong besarin juga desa2 tertinggal yang perjalananya saja kudu ditempuh dengan hati2 dan sangat hati2 karena jalanan yang kita lewati bukan lagi jalanan tol beraspal mulus tapi jalanan aspal yang sudah menjadi batu2 karang di tengah pegunungan. Mungkin yang baca tulisn ini bisa bilang “ah edus ki ngomong tok” kalo boleh aku jawab itu enaknya jadi rakyat jelata, cos itu bisa dibilang tanggung jawab kita bersama tapi siapa yang lebih bertanggung jawab atas mereka ? atas pendidikan mereka ? siapa lagi kalo bukan pemerintah yang berbudiman itu ? aku ngomong gini karena aku juga pernah hidup dari tengah2 mereka dan aku juga terlahir dari tengah2 mereka yang mengalami itu. Kalo ada yang tanya di mana aku lahir ? aku terlahir di sebuah desa kecil yang disebut Tlogopakis, yang terletak di kecamatan Petungkriyono, kabupatenanya Pekalongan, itu merupakan salah satu daerah yang paling berbatasan langsung dengan kabupaten Banjarnegara. Kalo belum pernah kesana atau lihat kondisi sana jangan banyak ngomong dulu. Mari kita kesana dan pasti sepanjang perjalananya akan kita nikmati suasana offroad ala motor2 ato mobil medan berat. 
ruang kelas yang terbagi dua

dengan sepatu apa adanya

ruang guru dan kepala sekolah


7 comments:

  1. alah.. salah kale sob.. kurang meyedihkan... knapa ga coba liat SDN 04 Sidomulyo..?? luwih ancurr bro... tapi maseh sma2 di LBB jga.. klo mo nyari SD di LBB..yg lbih ancur dri tu sprtinya masih buanyaakk sob...

    ReplyDelete
  2. moso seh ? perlu dicek tuh, jadi penasaran ternyata masih banyak ya sekolah2 SD yang hancur2 gituh, memang bener2 butuh sentuhan dari semua pihak tuh, iya gak ?

    ReplyDelete
  3. derita masyarakat lebakbarang........

    ReplyDelete
  4. derita kita... :'( kapan orang2 papan atas pekalongan liat lebakbarang...??? ga da yg bisa dbanggakan wt t4 gw ni...

    ReplyDelete
  5. inul = chika : kudune bangga dong kan sampe sekarang masih banyak sekolah yang seperti itu

    ReplyDelete
  6. sedikit cerita ya dus..
    ditempat KKN ku dulu juga kurang lebih sama lah kalo ttg motivasi anak2 + ortu nya thdp pendidikan.
    dulu waktru KKN sekolah itu ga punya kepala sekolah, gurunya cm ada 5 orang, dan itupun 1 guru (PNS) dan guru sisanya adalah anak2 dari si ibu PNS ini...
    ada siswa yg bawa adiknya masuk kelas karena orangtuanya lagi pergi ke ladang. mereka masuk kelas tanpa alas kaki. semua alas kaki harus dilepas (kayak masuk mesjid) hehe...
    terus setiap hari rabu dan sabtu sekolah menjadi sangat sepiiii... soalnya kebanyakan dari siswa2 itu ngebantu orangtuanya jualan di pasar.
    tapi motivasi belajar muncul ketika sy dan temn2 ngasih bimbingan belajar bahasa inggris sm mereka. diluar dugaan mereka antusias banget. cm sayangnya mereka ga punya buku pelajaran utk bljr di rumah. Buku2 yang ada di sekolah itu ya hanya dipinjamkan di sekolah.. ga boleh dibawa pulang..

    ReplyDelete
  7. icha : tragis banget, lebih tragis dari tempat gwe, jadi terharu neh, so gimana mo digarap tu penelitian ?

    ReplyDelete