Monday, November 21, 2011

CERITA MUSIM KAWIN

Akhir-akhir ini dapat banyak undangan nikahan dari temen-temen baik itu temen-temen sekolah dulu, temen-temen di rumah ataupun temen-temen kerja di sekolahan.  Memang betul kalau sekarang ini disebut sebagai musim kawin. Ternyata gak cumin hewan saja yang mengalami musim kawin tapi juga manusia punya atau ada musim buat kawin, nikah lebih tepatnya. Biasanya musim kawinnya manusia itu di bulan-bulan seperti bulan haji (bulan djulhijah) bertepatan dengan idul adha dan bulan syawal setelah idul fitri berlalu beberapa hari. Biasanya kalau sudah musim kawin seperti sekarang ini, aka nada banyak undangan nikahan dari siapa aja yang kenal dengan kita, baik itu saudara jauh/deket, temen sekolah dan temen kuliah serta temen-temen kerja.

Seperti yang beberapa hari ini aku lalui dan beberapa minggu yang lalu waktu pulang ke rumah. Hari minggu kemaren ada satu temen cewek waktu sekolah yang nikahan, hari senen ini juga ada temen sekolah dulu yang nikahan dengan tetengganya, hari selalu besok ada temen di rumah yang ikutan nyusul nikahan entah dengan siapa calon mempelai ceweknya, terus  hari kamis dan hari jum’at ada lagi dua temen cewek waktu sekolah dulu yang juga ikutan nikahan. Sebelumnya beberapa minggu yang lalu sebelum idhul adha tepatnya bulan yang lalu ada satu saudara cewek yang nikahan, terus hari berikutnya setelah saudaraku yang nikah giliran temenku yang ikutan nikah dan aku dapat undangan untuk mengiring penganten cowok ke rumah mempelai cewek untuk mengikuti acara ijab-qobul di rumah mempelai cewek dan aku sekalian berangkat ke Semarang, jadi waktu berangkat ke semarang dapet bungkusan berkat dari rumah mempelai cewek tempat dimana acara ijab-qobul temenku.

Ternyata kalau dating kondangan di nikahan itu cuman gitu doang tho, tak kira ribet. Ini mungkin bisa dibilang pertama kalinya aku kondangan ketika pas barengan di acara resepsinya. Hari minggu kemaren ketika si Ervina nikahan itu merupakan pertama kalinya aku dating ke resepsi pernikahan. Ternyata cuman datang, ngasih kado atu amplop ke tempat yang sudah disediakan sekalian nulis buku tamu, terus salam sama kedua mempelai, terus duduk, makan, ngerokok, poto-poto, dan pamitan deh pulang dengan membawa souvenir pernikahan. Tak kira awalnya itu ribet dan buat shok, ternyata cuman gitu doang tho jebule.

Khasnya nikahan di desa itu biasanya ada acara hiburannya berupa dangdutan atau kalau gak ada acara pengajian di tempat acara resepsi pernikahannya. Kalau dandutan pasti wajib ikutan bergoyang di depan panggung kalau gak malu, tapi biasanya lebih memilih nonton di belakang aja sambil menikmati makanan yang disediakan oleh keluarga yang punya hajat dari pada harus bergoyang ikut menikmati irama dangdut di depan panggung. Nah, yang kalau sambil duduk dinikmati enak biasanya adalah pengajian, seperti biasa pengajian di desa memiliki ciri khas sendiri dengan adanya kyai yang berceramah dengan gaya kocak dan menghibur. Seperti apa yang terjadi tadi saat nikahan temenku si Rina Rukhana di Batang, kiyainya memeberikan ceramah tentang pernikahan dengan sangat menghibur sehingga para hadirin yang datingpun sangat menikmati ceramah yang disampaikan oleh pak kyai tersebut. Kira-kira beginilah isi ceramah yang membuat aku juga ikutan tersenyum bahkan sampe tertawa tapi gak terpingkal-pingkal dong tentunya, kan di rumah orang dan sedang lagi ada banyak tamu yang hadir di rumah yang punya hajat.
1.    
   Hal pertama yang disampaikan oleh Pak kyai tadi sore adalah, bahwa orang tua itu memiliki tiga kewajiban terhadap anaknya, yaitu :
  • Memberikan nama yang baik kepada sang anak setelah anak tersebut lahir, dengan harapan nama yang baik adalah merupakan doa dari orang tua kepada anak agar anak menjadi anak yang baik seperti naman
  • Hal kedua adalah kewajiban orang tua adalah untuk mendidik sang anak agar anaknya tidak menjadi anak yang durhaka dan tidak mengenal yang namanya agama dan ilmu pengetahuan, selain itu dengan pendidikan sang anak diharapkan dapat dengan baik mengenal agamanya, dalam hal ini tentu saja adalah agama Islam. Karena pada dasarnya sang anak adalah tanggung jawab dari orang tua hingga anak itu dewasa/akil-balig, dan lebih dari itu hingga sang anak menikah.
  • Dan hal terarkhir yang menjadi kewajiban utama dari orang tua adalah menikahkan sang anak. Kalau gak salah kewajiban orang tua akan gugur bila telah menikahkan sang anak, kalau gak salah juga, orang tua tidak lagi berkewajiab memberikan biaya hidup semacam biaya sekolah lagi atau uang jajan bila sang anak telah menikah, karena ketika sang anak telah menikah maka sang anak memiliki tanggung jawab sendiri untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, itu untuk yang cowok. Sedangkan untuk yang cewek adalah tanggung jawab dari suaminya yang harus memberikan kebutuhan hidupnya, bukan lagi dari orang tua si cewek yang memiliki tanggung jawab untuk memberikan biaya hidup tadi. Jadi kalau masih mau mendapatkan kiriman dari orang tua untuk biaya hidup di kos atau di tempat kontrakan silahkan jangan nikah dulu, karena hak anak yang belum menikah adalah mendapatkan haknya dari orang tua berupa kebutuhan hidup baik biaya sekolah ataupaun biaya yang laennya. Jadi  bersyukurlah kita yang belum menikah karena kita masih dapat menyusahkan orang tua kita.


Hal lain yang disampaikan oleh pak kyai tadi adalah istilah dari suami dan istri, kata pak kyai suami itu adalah singakatan dari “Siap-Usaha-Akan-Membahagiakan-Istri”, jadi tanggung jawab seorang suami adalah untuk selalu berusaha membahagiakan istri. Sedangkan istilah dari kata istri adalah “Ingin-Selalu-Terus-Rajin-Ibadah” dalam hal ini salah satu ibadah dari sang istri adalah taat dan patuh kepada suami, karena dalam Islam, Ridho Allah adalah dari Ridho sang suami, makanya ketika suami meminta sang istri untuk tidak pergi dari rumah selama sang suami pergi kerja, maka yang istri harus  menaati apa yang diperintahkan oleh suaminya itu, kecuali bila sang suami memerintahkan untuk berbuat yang melanggar ajaran agama maka sang istri boleh untuk menolak atau tidak menaati perintah sang suami tersebut.

Istilah selanjutnya yang membuat aku dan para hadirin adalah istilah “Garwa” (dibaca GARWO), yang sering diartikan oleh banyak orang dengan “sigarane nyowo” atau dalam bahasa Indonesia adalah belahan jiwa atau soulmate. Suami adalah belahan jiwa dari sang istri, begitu juga sebaliknya sang istri adalah soulmatenya sang suami.  Jadi bila sekarang kita masih sendiri atau belum menikah itu istilahnya adalah kita masih separuh nyawa, karena nyawa kita yang satunya adalah berada di pihak pasangan kita kelak. Istilah “GARWO” kata pak kyai juga dapat dipelesetkan  menjadi  “sigar karo dowo” artinya seiris dan panjang, yang kalau diartikan itu mengindikasikan pada alat kelamin wanita yang seiris dan terbelah dan juga alat kelamin pria yang panjang, maaf kalau rada porno tapi memang begitulah adanya yang aku dapatkan ketika kondangan tadi.

Begitulah kiranya pengalaman dan ilmu yang aku dapatkan ketika aku kondangan ke nikahannya temen2ku, sebenernya masih ada satu lagi hikmah pernikahan  yang aku dapat ketika kondangan tadi tapi sayang aku lupa isinya.

0 Comments:

Post a Comment