“Education is not preparation for life; education is life itself“ -John Dewey-  
Mendidik dan mengajar, ini adalah pertanyaan mendasar yang tidak bisa dijawab secara  spontanitas. Ini karena saya tidak mau seperti kebanyakan orang yang  terjebak pada definisi yang sama bahwa pendidikan dan pengajaran adalah  sama saja. Bagi saya tidak, keduanya memiliki pengertian mendasar yang  berbeda, serta kajian-kajian referensi yang mendalam untuk mengetahui  lebih dalam tentang perbedaan antara mendidik dan mengajar.
Pendidikan merupakan  bagian penting dari kehidupan yang sekaligus membedakan manusia dengan  makhluk hidup lainnya. Hewan juga belajar tetapi lebih ditentukan oleh  instingnya, sedangkan manusia belajar berarti merupakan rangkaian  kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti.  Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak  ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka akan mendidik anak-anaknya,  begitu juga di sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa  diajar oleh guru dan dosen.
Menurut Paulo  Freire, pendidikan adalah proses memanusiakan manusia, sedangkan John  Dewey mengatakan bahwa pendidikan adalah proses yang dilakukan agar ada  perubahan dalam masyarakat. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan  adalah sebuah proses transfer dan pencarian nilai yang terjadi dilevel  individu maupun masyarakat yang mengarah kepada perubahan kondisi kearah  yang lebih baik. Maka sejatinya pendidikan adalah juga proses pembebasan manusia, karena telah begitu banyak penindasan terjadi diantara manusia.
Terdapat perbedaan  mendasar antara mendidik dan mengajar, beberapa orang mungkin terjebak  antara definisi mendidik dengan mengajar. Padahal, terdapat perbedaan  yang mendasar antara keduanya. Mengajar merupakan kegiatan teknis  keseharian seorang guru. Semua persiapan guru untuk mengajar bersifat  teknis. Hasilnya juga dapat diukur dengan instrumen perubahan perilaku  yang bersifat verbalistis. Tidak seluruh pendidikan adalah pembelajaran,  sebaliknya tidak semua pembelajaran adalah pendidikan. Perbedaan antara  mendidik dan mengajar sangat tipis, secara sederhana dapat dikatakan  mengajar yang baik adalah mendidik. Dengan kata lain mendidik dapat  menggunakan proses mengajar sebagai sarana untuk mencapai hasil yang  maksimal dalam mencapai tujuan pendidikan
Mendidik lebih bersifat kegiatan berkerangka jangka menengah atau jangka  panjang. Hasil pendidikan tidak dapat dilihat dalam waktu dekat atau  secara instan. Pendidikan merupakan kegiatan integratif olah pikir, olah  rasa, dan olah karsa yang bersinergi dengan perkembangan tingkat  penalaran peserta didik.
Mengajar yang  diikuti oleh kegiatan belajar-mengajar secara bersinergi sehingga materi  yang disampaikan dapat meningkatkan wawasan keilmuwan, tumbuhnya  keterampilan dan menghasilkan peru bahan sikap mental/kepribadian,  sesuai dengan nilai-nilai absolute dan nilai-nilai nisbi yang berlaku di  lingkungan masyarakat dan bangsa bagi anak didik adalah kegiatan  mendidik. Mendidik bobotnya adalah pembentukan sikap mental/kepribadian  bagi anak didik , sedang mengajar bobotnya adalah penguasaan  pengetahuan, keterampilan dan keahlian tertentu yang berlangsung bagi  semua manusia pada semua usia. Contoh seorang guru matematika  mengajarkan kepada anak pintar menghitung, tapi anak tersebut tidak  penuh perhitungan dalam segala tindakannya, maka kegiatan guru tersebut  baru sebatas mengajar belum mendidik.
Tidak setiap guru mampu mendidik walaupun ia pandai mengajar, untuk  menjadi pendidik guru tidak cukup menguasai materi dan keterampilan  mengajar saja, tetapi perlu memahami dasar-dasar agama dan norma-norma  dalam masyarakat, sehingga guru dalam pembelajaran mampu menghubungkan  materi yang disampaikannya dengan sikap dan keperibadiaan yang harus  tumbuh sesuai dengan ajaran agama dan norma-norma dalam masyarakat.
Jadi, jika hasil pengajaran dapat dilihat dalam waktu singkat atau  paling lama tiga tahun, keluaran pendidikan tidak dapat dilihat sebagai  satu hasil yang segmentatif. Hasil pendidikan tercermin dalam sikap,  sifat, perilaku, tindakan, gaya menalar, gaya merespons, dan corak  pengambilan keputusan peserta didik atas suatu perkara. 
Pedagogy dan Andragogy
Penting juga mengetahui tentang Pedagogy dan Andragogy, ini adalah dua model pendekatan pendidikan menurut Paulo Freire. Pedagogy  adalah metode pendekatan yang menempatkan objek pendidikannya sebagai  ’anak-anak’ meskipun usia bioogisnya sudah termasuk ’dewasa’.  Konsekuensinya adalah menempatkan peserta didik sebagai ’murid’ yang  pasif, yang sepenuhnya menjadi objek suatu proses belajar, seperti ’guru  menggurui, guru mengevaluasi, murid dievaluasi. Sebaliknya Andragogy  atau pendidikan ’orang dewasa’ adalah metode pendekatan yang  menempatkan peserta didik sebagai orang dewasa, murid sebagai subjek  dari sistem pendidikan yang aktif. Fungsi guru adalah sebagai  ’fasilitator’ bukan menggurui, dan relasi antara guru-murid bersifat  ’multicommunication’ dan seterusnya.
Pendidikan juga  seharusnya tidak berada jauh dengan realitas, yaitu pendidikan yang  dekat dengan kondisi real masyarakat, karena pendidikan bertujuan untuk  transformasi/perubahan dalam masyarakat ke arah kehidupan yang lebih  baik. Pendidikan seharusnya membangun kesadaran kritis, dan mampu  menciptakan ruang untuk tumbuhnya resistensi dan subversi terhadap  sistem yang dominan. Sehingga pandangan pendidikan seperti itu akan  melahirkan aliran pendidikan yang disebut pendidikan kritis.
Proses dalam  pendidikan seharusnya dapat menjadi proses pembebasan manusia dari  penindasan. Sejarah membuktikan telah begitu banyak proses penindasan  terjadi terhadap manusia, bahkan hingga saat ini. Karena baik si  penindas, maupun yang tertindas, sama-sama mengalami proses dehumanisasi  (kehilangan kemanusiannya) karena menyalahi kodrat manusia itu sendiri.  Sejatinya manusia harus dipandang dan diperlakukan sebagai seorang  manusia yang memiliki hak dan kewajiban serta sama harkat dan  martabatnya dengan manusia lain. Pendidikan pun seharusnya tidak  menempatkan guru/pengajar sebagai subjek dan murid/peserta belajar  sebagai objek, namun, menempatkan guru/pengajar sebagai subjek (dalam  hal ini fasilitator) dan murid/perserta belajar sebagai subjek pula.  Sehingga pendidikan kritis pun dapat terwujud dan menghasilkan manusia  yang kritis dan mampu membawa perubahan dalam masyarakat ke arah yang  lebih baik.
Simpulan
Mendidik (pedagogy)  yang dikatakan oleh sebagian orang sebagai pranata yang dapat  menjalankan tiga fungi sekaligus. Pertama, mempersiapkan generasi muda  untuk untuk memegang peranan-peranan tertentu pada masa mendatang.  Kedua, mentransfer pengetahuan, sesuai dengan peranan yang diharapkan.  Ketiga, mentransfer nilai-nilai dalam rangka memelihara keutuhan dan  kesatuan masyarakat sebagai prasyarat bagi kelangsungan hidup masyarakat  dan peradaban. Butir kedua dan ketiga di atas memberikan pengerian  bahwa mendidik bukan hanya transfer of knowledge tetapi juga transfer of value. Dengan demikian pendidikan dapat menjadi penolong bagi umat manusia. Sementara mengajar hanya pada tataran transfer of knowledge.
Keteladanan adalah sikap terpuji yang semestinya melekat pada semua guru. Jadi, dengan demikian, setiap guru seharusnya menjadi model untuk mendorong pembentukan sikap terpuji peserta didik.Disinilah tugas guru bukan sekadar mengajar yang sangat teknis, melainkan mendidik untuk membentuk insan generasi muda yang berperilaku mulia, baik, jujur serta mampu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa didiknya.[sumber tulisan]

0 Comments:
Post a Comment